Monday, January 24, 2011

Pendidikan dan Impian Kebangsaan

Pada tahun 1865, Klan Satsuma, klan no dua terbesar di Jepang melepas belasan anak muda potensial menuju inggris. Merunut dari sejarah Klan Satsuma, tindakan visioner ini tentu menjadi sebuah hal yang tidak terlalu mengagetkan. Disaat Jepang masih sangat tertutup, Klan Satsuma telah melakukan revolusi pendidikan yang cukup signifikan yang telah menghasilkan generasi emas di Jepang pada saat itu. Pendidikan mereka adalah pendidikan holistik yang meliputi seni berperang hingga seni merangkai kata. Revolusi itu bahkan mencapai klimaksnya ketika commodore Perry memaksa Jepang untuk membuka dirinya untuk dunia. Menyadari ketertinggalan yang begitu jauh, Klan Satsuma kemudian mengambil langkah jitu dengan mengrimkan kader-kader terbaiknya menuju pusat pendidikan terbaik pada saat itu, Inggris.
Ditengah kecamuk perang saudara, 18 Samurai dari klan Satsuma berangkat demi sebuah misi yang diamanahkan kepada mereka, menuju Jepang yang lebih baik. Kurang lebih enam puluh enam hari mereka berlayar hingga akhirnya sampai Ke Inggris. Meskipun berasal dari negara yang tertinggal, tetapi kemampuan mereka menyerap ilmu mengundang decak kagum para pengajar di Inggris. Mereka merupakan pemuda dengan segudang talenta yang terus menerus berkarya dan berjuang demi misi mereka. Nagasawa, yang termuda diantara mereka bahkan berujar “Kini perang akan dimenangi oleh pedang ilmu dan kebijaksanaan”. Sebuah ucapan yang membangkitkan semangat rekan-rekannya untuk terus mengejar misi mereka.
Sekembalinya mereka ke Jepang, Restorasi meiji telah mengambil tempatnya, ruang untuk mereka berkreasi pun telah disiapkan. Para alumni Inggris tersebut, bersama dengan rekan-rekan mereka dari klan lain yang juga juga dikirim ke eropa, kemudian menjadi pembaharu dan menjadi mesin Kemajuan Jepang di Era Meiji. Era meiji memang pada akhirnya menemui ajalnya pada tahun 1912, tetapi rezim ini telah meninggalkan beberapa hal yang cukup signifikan bagi pengembangan dan kemajuan Jepang di era-era selanjutnya.

Rekan sekalian, hikmah dari cerita ini sejatinya cukup jelas. Gerbong bernama perubahan hanya dapat diisi oleh tindakan-tindakan yang visioner. Jika Jepang dapat berubah secara signifikan hanya dengan belasan pemuda, tentu kita dapat melakukan hal yang lebih besar untuk negeri kita dengan puluhan ribu mahasiswa Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Di jepang, kita memiliki kurang lebih 1700 mahasiswa Indonesia. Sebuah potensi yang luar biasa jika dimanfaatkan dan dikoordinasikan. Apalagi Duta besar kita yang baru dari jauh hari telah berikrar untuk menambah jumlah mahasiswa Indonesia untuk belajar di Jepang.

Mari kita Bersama Bekerja untuk Berkarya!

3 comments:

Abu Sajaroh said...

Terima kasih Mas Fithra untuk pencerahannya. Mari, gayung pun bersambut di Pulau Shikoku menuju PPI Jepang yang terus maju dan maju!

fithra faisal hastiadi said...

sama-sama mas Atus, mari bersama maju untuk bangsa

Unknown said...

keren gan infonya, thanks
souvenir khas kediri